Bekraf Ajak Pengusaha Bandung Ikuti FSI 2019
Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) kembali menggelar Sosialisasi Roadshow Food Startup Indonesia (FSI) di Bandung pada Kamis (14/3/2019). Hal ini mengingat Kota Kembang memiliki potensi yang besar di subsektor kuliner.
Berdasarkan hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS), tercatat subsektor kuliner mengalami peningkatan yang signifikan pada 2016 jika dibandingkan 2010 di Jawa Barat. Data BPS menunjukkan subsektor kuliner memiliki Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku tertinggi dengan nilai Rp78.389,58 miliar pada 2016. Kenaikan sumbangan subsektor kuliner terhadap PDRB naik 2,12 kali lipat dan melebihi rata-rata kenaikan PDRB ekonomi kreatif Jabar.
Selain itu, pelaku usaha rintisan bidang kuliner Bandung juga sangat antusias mengikuti sosialisasi yang dilaksanakan pada tahun lalu. Hal ini terbukti dari membeludaknya jumlah peserta dari 100 orang menjadi 250 orang. Bandung juga merupakan kota yang memiliki perwakilan pedaftar terbanyak di FSI 2018, yakni 35 brand dan 15 brand diantaranya lolos mengikuti demoday.
“Secara nasional, subsektor kuliner merupakan penyumbang terbesar PDB ekonomi kreatif, yakni mencapai 43% dari Rp922 triliun pada 2016. FSI diharapkan membantu pengusaha rintisan di bidang kuliner mengembangkan usaha dengan menjembatani bertemu investor maupun mentor yang ahli di bidangnya,” ungkap Direktur Akses Non Perbankan Deputi Akses Permodalan Bekraf, Syaifullah.
Acara yang dilaksanakan di Aryaduta Hotel ini menghadirkan Founder Ladang Lima, Raka Bagus yang merupakan Top 2 FSI 2017 untuk berbagi cerita dan pengalaman mengikuti FSI.
Roadshow ini diharapkan dapat meningkatkan awareness masyarakat, khususnya pelaku kreatif di subsektor kuliner mengenai FSI dan turut berpartisipasi. Pendaftaran Demoday Food Startup Indonesia dibuka pada 5 Maret-30 April 2019 yang bisa diakses melalui website www.foodstartupindonesia.com. Pengumuman 50 besar startup kuliner akan dilakukan pada 5 Mei.
“Demoday memberi kesempatan kepada peserta untuk terhubung dengan ekosistem pangan, seperti mentor, korporasi, perbankan, investor, dan instansi pemerintah untuk menganalisa produk, bisnis, serta pengembangan kapasitas diri maupun produksi,” imbuh Syaiful.